Jakarta – Film nasional Pengepungan di Bukit Duri mencatat prestasi gemilang. Hanya dalam waktu 10 hari sejak resmi dirilis di bioskop, film berlatar sejarah ini berhasil menembus angka 1 juta penonton. Pencapaian ini menjadi sinyal kuat bahwa minat publik terhadap film bertema perjuangan masih sangat tinggi.
Disutradarai oleh Arya Ramadhita, Pengepungan di Bukit Duri mengangkat salah satu babak penting dalam sejarah perlawanan rakyat Jakarta terhadap agresi militer Belanda pasca-kemerdekaan. Cerita berpusat pada tokoh fiktif namun berakar pada kisah nyata: sekelompok pemuda yang mempertahankan Bukit Duri, sebuah kawasan strategis di jantung Jakarta, dari serangan pasukan Belanda.
Sejak hari pertama tayang, film ini sudah menunjukkan tanda-tanda bakal menjadi box office. Bioskop-bioskop di berbagai kota besar melaporkan okupansi yang tinggi, terutama di akhir pekan. Antusiasme juga terlihat di media sosial, di mana tagar #PengepunganDiBukitDuri sempat menjadi trending topic nasional.
“Kami tidak menyangka responnya akan sehangat ini. Film ini dibuat dengan sepenuh hati untuk mengenang para pejuang yang mungkin namanya tak tercatat di buku sejarah,” ujar Arya Ramadhita dalam wawancara terbarunya.
Antara Sejarah dan Drama Kemanusiaan
Apa yang membuat Pengepungan di Bukit Duri begitu resonan di hati penonton bukan semata adegan perangnya yang intens, tetapi juga kedalaman cerita yang dibangun. Film ini tidak hanya menampilkan aksi heroik, melainkan juga pergulatan batin para karakter: ketakutan, keraguan, kehilangan, hingga harapan yang tipis di tengah gempuran.
Akting para pemain, seperti Reza Rahadian, Putri Marino, dan Chicco Kurniawan, turut menjadi salah satu kekuatan utama film ini. Mereka berhasil menghadirkan karakter-karakter yang terasa hidup dan nyata, jauh dari kesan pahlawan yang sempurna, melainkan manusia biasa yang dipaksa mengambil keputusan luar biasa di tengah kekacauan perang.
Capaian Membanggakan di Tengah Tantangan
Menembus angka 1 juta penonton dalam waktu relatif singkat menjadi catatan penting, terutama di tengah persaingan ketat dengan film-film lokal dan internasional lain yang juga tayang bersamaan. Industri perfilman Indonesia yang perlahan bangkit pasca pandemi menunjukkan bahwa film berkualitas dengan tema kuat tetap punya tempat istimewa di hati publik.
“Ini kemenangan untuk semua pekerja film. Semoga pencapaian ini membuka jalan bagi lebih banyak film Indonesia yang berani mengangkat sejarah dengan pendekatan yang emosional dan personal,” ujar Reza Rahadian dalam unggahan media sosialnya.
Pihak rumah produksi sendiri mengaku optimistis jumlah penonton masih akan terus bertambah dalam minggu-minggu ke depan, terutama dengan ulasan positif dari kritikus dan rekomendasi dari mulut ke mulut yang terus mengalir.
Dengan prestasi ini, Pengepungan di Bukit Duri bukan hanya mencatat angka, tetapi juga mengukir momen: mengajak generasi baru untuk mengingat kembali kisah-kisah keberanian yang membentuk negeri ini.