0 Comments

Jakarta — Sinema Indonesia kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Film Pabrik Gula, karya terbaru sutradara Arfan Sabran, siap tayang di 14 bioskop independen dan art house di Amerika Serikat mulai 18 April 2025. Kota-kota besar seperti Chicago, San Francisco, New York, hingga Los Angeles akan menjadi saksi kehadiran kisah yang mengangkat realitas pedesaan dan sejarah kelam industri gula di Indonesia.


Pabrik Gula: Lebih dari Sekadar Drama Sosial

Pabrik Gula bukan film yang bermain aman. Dengan pendekatan semi-dokumenter dan sinematografi yang hening namun intens, film ini mengeksplorasi kehidupan para buruh tua di sebuah pabrik gula tua di Sulawesi Selatan. Melalui tatapan kosong, napas berat, dan suara mesin tua yang berkarat, penonton diajak menyelami sisa-sisa kejayaan industri kolonial yang kini terabaikan.

Cerita berpusat pada tokoh bernama Daeng Baso, seorang teknisi pensiunan yang tetap datang ke pabrik setiap hari, seolah menolak kenyataan bahwa tempat itu tak lagi beroperasi sebagaimana mestinya. Film ini memadukan fiksi dan kenyataan dengan cara yang tidak konvensional, menciptakan atmosfer melankolis dan kontemplatif—sesuatu yang jarang ditemui dalam sinema arus utama.


Diboyong ke Amerika oleh Distributor Indie

Kepastian pemutaran di Amerika datang melalui kerja sama antara rumah produksi Indonesia, Kolektif Asia, dengan distributor film independen asal New York, Sine Flux. Pabrik Gula telah mencuri perhatian saat ditayangkan secara terbatas di beberapa festival internasional sepanjang 2024, termasuk di Toronto dan Rotterdam. Respons positif dari kritikus—yang menyebut film ini sebagai “puisi visual tentang waktu yang membeku”—mendorong keputusan untuk mendistribusikannya ke jaringan bioskop indie di AS.

Pemutaran perdananya akan digelar di Gene Siskel Film Center, Chicago, diikuti oleh bioskop-bioskop arthouse ternama seperti The Roxie Theater (San Francisco) dan Laemmle Royal (Los Angeles).


Representasi Indonesia yang Lain

Kehadiran Pabrik Gula di bioskop Amerika menjadi angin segar bagi sinema Asia Tenggara, khususnya Indonesia, yang selama ini dikenal melalui film-film aksi atau horor di pasar luar negeri. Kali ini, yang dibawa adalah potret sunyi tentang warisan kolonial, manusia-manusia pinggiran, dan permenungan akan nilai kerja keras yang perlahan memudar. Tanpa musik latar megah atau plot dramatis, film ini justru menyampaikan pesannya lewat kesunyian.

“Film ini bukan untuk semua orang, dan memang tidak perlu begitu,” ujar Arfan Sabran dalam wawancaranya dengan IndieWire. “Tapi saya percaya, dalam diam pun ada suara yang bisa menggema sangat jauh.”


Jadwal Penayangan di Beberapa Kota AS

Berikut beberapa kota dan bioskop yang telah mengonfirmasi pemutaran Pabrik Gula:

  • Chicago – Gene Siskel Film Center, 18–20 April
  • New York – IFC Center, 21–24 April
  • San Francisco – Roxie Theater, 25–28 April
  • Los Angeles – Laemmle Royal, 30 April–3 Mei
  • Seattle – Northwest Film Forum, 4–6 Mei
  • Austin – AFS Cinema, 7–9 Mei
  • Washington D.C. – AFI Silver Theatre, 10–12 Mei

Jaringan pemutaran ini diharapkan terus bertambah seiring meningkatnya minat terhadap film tersebut.


Peluang Baru bagi Film Alternatif Indonesia

Keberhasilan Pabrik Gula menembus jaringan distribusi Amerika bukan hanya kemenangan satu film semata. Ini adalah sinyal positif bahwa karya sinema yang berakar pada realitas lokal dan berani menyuguhkan perspektif tak lazim, bisa menemukan audiensnya di panggung global. Lebih dari itu, film ini menjadi jembatan kebudayaan—menyampaikan narasi Indonesia dengan cara yang jujur, pelan, tapi mendalam.

Film ini juga membuka peluang dialog lintas budaya tentang kolonialisme, industrialisasi, dan bagaimana manusia berdamai dengan perubahan zaman yang tak selalu adil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts