Bayangkan dunia di mana waktu adalah mata uang, dan usia manusia berhenti di angka 25. Tak ada penuaan. Tak ada penyakit tua. Tapi jangan senang dulu—karena setelah usia itu, kamu harus “membayar” hidupmu dengan waktu. Jika waktu habis? Kamu mati.
Itulah premis futuristik nan menggigit dari film In Time, yang kembali tayang di Bioskop Trans TV pada Rabu, 24 April 2024. Disutradarai oleh Andrew Niccol—yang juga dikenal lewat Gattaca dan The Truman Show—film ini memadukan genre fiksi ilmiah, thriller, dan kritik sosial yang cukup tajam.
Sinopsis: Lari dari Waktu, Mengejar Keadilan
Film ini berfokus pada Will Salas (diperankan oleh Justin Timberlake), seorang pria muda dari daerah kumuh yang hidup dari menit ke menit. Di dunia distopia ini, jam digital di lengan menunjukkan sisa waktu hidup seseorang. Mereka bekerja, makan, bahkan naik bus, dengan membayar waktu.
Segalanya berubah saat Will bertemu dengan Henry Hamilton, seorang pria kaya yang merasa muak hidup abadi. Henry memberikan Will lebih dari satu abad waktu sebelum bunuh diri, menyisakan Will dalam posisi berbahaya: dicurigai sebagai pembunuh dan buronan.
Dalam pelariannya, Will bertemu dengan Sylvia Weis (Amanda Seyfried), anak seorang taipan waktu. Bersama Sylvia, Will memutuskan untuk merampok waktu dari para elite yang hidup berabad-abad, dan mendistribusikannya kepada rakyat miskin. Di sinilah, nuansa Robin Hood ala masa depan terasa kuat.
Tema: Kritik Sosial yang Terbungkus Aksi
“For few to be immortal, many must die.”
Itu adalah kalimat yang muncul dalam film dan merangkum seluruh kritiknya. In Time menggambarkan kesenjangan sosial secara ekstrem—yang kaya bisa hidup selamanya, yang miskin berjuang demi bertahan satu hari lagi.
Waktu dalam film ini tidak hanya metafora, tapi alat kekuasaan. Dengan menyentil ketimpangan distribusi, sistem ekonomi monopoli, dan kapitalisme ekstrem, film ini menawarkan lebih dari sekadar aksi kejar-kejaran. Ia mempertanyakan: apakah keabadian layak diperjuangkan jika itu berarti membunuh orang lain secara perlahan?
Pemeran & Fakta Menarik
- Justin Timberlake mengejutkan banyak orang dengan peran seriusnya yang berhasil.
- Amanda Seyfried tampil menawan dalam gaya femme fatale dengan sentuhan humanis.
- Film ini menampilkan gaya visual khas dengan palet warna dingin, menciptakan suasana dunia yang “teknologis tapi kejam.”
Menariknya, semua orang di film ini tampak muda—karena secara teknis, mereka semua berusia 25 tahun meski bisa jadi sudah hidup selama 100 tahun. Ini menciptakan dilema visual dan moral yang unik sepanjang film.